Pada tahun 2019, Jokowi kembali terpilih menjadi presiden. Kali ini beliau didampingi oleh Ma’ruf Amin sebagai Wakil Presidennya. Beberapa prioritas politik luar negeri pada masa ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi dalam pidatonya. Beliau menyebutkan bahwasannya kondisi geopolitik dunia saat ini diwarnai banyak ketidakpastian. Rivalitas politik juga berjalan seiring dengan rivalitas ekonomi. Melalui hal tersebut, muncul beberapa hambatan khususnya di bidang perdagangan. Tren proteksionisme mengakibatkan perlambatan perdagangan global yang menyebabkan Indonesia terus mengembangkan salah satu aset potensialnya, yakni pasar domestik. Bu Retno percaya melalui pengembangan ini, Indonesia akan menjadi ekonomi terbesar keempat mulai tahun 2030 nanti, yang hasilnya tidak hanya untuk Indonesia, namun juga di dalam jalinan kerja sama internasional.
Prioritas lain yang ditekankan oleh bu Retno adalah perlindungan WNI di luar negeri serta diplomasi kedaulatan dan kebangsaan. Perwujudan prioritas ini dilakukan melalui diplomasi-diplomasi dan perundingan. Selain itu peningkatan kontribusi dan kepemimpinan Indonesia di kawasan dan dunia menjadi prioritas keempat dalam planning politik luar negeri Indonesia. Hal ini karena Indonesia akan menjabat ataupun menduduki beberapa posisi penting di beberapa tahun kedepan seperti anggota tidak tetap Dewan HAM PBB, kemudian menjadi ketua G20 serta tuan rumah KTT ASEAN. Keempat prioritas tersebut didukung oleh infrastruktur yang kuat dan akan menjadi prioritas tambahan. Prioritas tambahan ini diwujudkan dengan penguatan infrastruktur diplomasi dan mendidik para diplomat yang handal dan berkualitas.
Perjalanan prioritas poitik luar negeri yang dikemukakan pada tahun 2019 tentunya di tahun 2022 ini seharusnya sudah terlihat hasilnya. Adanya beberapa kejadian yang tak terhindar membuat prioritas Politik Luar Negeri Indonesia harus disesuaikan. Pada tahun 2020 hingga saat ini dunia tertimpa pandemi yang mengganggu stabilitas dan rutinitas negara. Perlu adanya kebijakan-kebijakan yang dapat mendukung perbaikan kesehatan global untuk bisa kembali kepada kondisi awal. Selain itu terdapat kejadian yang mengganggu stabilitas geopolitik dunia yakni invasi Ukraina oleh Rusia. Kejadian ini ternyata memberikan dampak yang sangat luar biasa pada konstelasi geopolitik dunia, tak terkecuali Indonesia. Indonesia yang memiliki beberapa posisi penting, seperti menjadi ketua G20 berusaha memasukan beberapa prioritas tersebut ke dalam agenda G20.
G20 yang bertemakan recovery together recovery stronger memiliki tiga agenda utama, yakni transisi energi bersih, kesehatan global dan transformasi ekonomi berbasis digital. Selain itu, di dalam G20 juga menyinggung mengenai invasi Ukraina oleh Rusia. Bagaimana presiden Joko Widodo melakukan pendekatan terhadap kedua negara untuk menghadiri sidang dan berusaha menjadi mediator di antara keduanya. Perhelatan G20 di Indonesia ini penting adanya, perlu dilakukan secara berhati-hati karena menyangkut citra Indonesia di mata dunia kedepannya. Kebanyakan negara G20 mengecam perang di Ukraina karena telah menciptakan banyak sekali dampak kemanusiaan, menurunnya perekonomian global, menghambat pertumbuhan, mengancam ketahanan energi dan pangan dan masih banyak lagi. Presiden Joko WIdodo menekankan bahwa G20 ini sebagai forum kerja sama ekonomi, bukan politik. Beliau juga menekankan prinsip politik luar negeri Indonesia, yakni bebas dan aktif. Jokowi juga menyebutkan perlunya ada kerja sama dan kolaborasi antar negara untuk bisa menyelamatkan dunia.